Jawablah

hei inspirasi
aku rindu
kau tak kunjung menyapaku
mulai enggan kah kau membagi ilmu
                                                        hei inspirasi
                                                        aku sepi
                                                        kau semakin menjauh pergi
                                                        mulai jemu kah kau membuka hati
hei inspirasi
aku sedih
tak secuil pun kau menoleh
bosan kiranya kau mendengar kesah

                                                        hei inspirasi
                                                        aku marah
                                                        tak sehuruf pun kau toreh
                                                        lelah kiranya kau membuat cerah

hei inspirasi
kau bisu biarkan ku layu
kau angkuh ciptakan ku rapuh
kau tega torehkan ku luka
hei inspirasi
kehilanganmu
bagai pujangga tanpa pena
tanpamu
bagai gulita tanpa lentera
dibencimu
bagai jiwa tanpa asa

hei inspirasi
jawablah
kumohon
JAWABLAH

Pesan yang Manis Aja, Boleh?

           "Miiiill..mila, makan dulu nak"


Bunyi teriakan ibu memanggil anak perempuannya untuk makan malam. Jamilah Ardiansyah. Begitulah nama lengkapnya yang ternyata tengah asyik ber-chatting ria dengan teman lelaki nya.

           "Iya Bu, sebentar. Ibu duluan aja, aku nanti deh, belum laper"


Sahut mila sambil terus memencet tuts huruf-huruf di keyboard laptop nya dengan sangat lincah. Percakapan via gelombang elektromagnetik pun terus berlangsung. Entah apa yang membuatnya begitu senang. Jika boleh saya deskripsikan, mungkin seperti ada bunga-bunga indah yang bermekaran membentuk sebidang taman di hatinya. Atau mungkin juga seperti orang yang mendadak kaya tanpa harus bekerja keras. Atau bisa jadi seperti pengusaha yang menang tender. Yah, terserah kalian lah mau mendeskripsikannya seperti apa. Yang jelas mila sangat sangat bahagia.

Kebahagiaan itu juga tampak dari ekspresi wajahnya. Mila terus tersenyum, cengar-cengir layaknya orang kurang waras. Dia sendiri juga bingung. Kenapa dia merasa begitu nyaman bertegur sapa dengan orang di seberang sana. Padahal mereka adalah mantan teman SD yang sejak lulus tidak pernah bertemu. Oh iya, mila ini sekarang sudah kuliah semester 5. Tapi kalian pasti akan mengira kalau dia ini anak SMA karena tubuh mungilnya.

Sejak pertemuannya kembali dengan si teman SD itu melalui facebook - tau kaan tau doonk..pasti tau..pura-pura lah tau kalau kalian memang ga tau - mereka jadi sering berkomunikasi. Chatting maksud saya. Dan tanpa sadar, mila menjadi selalu memikirkan si teman itu. Yang tentu saja segera ditepis. Ga mila, dia itu cuma temen SD yang menyebalkan. Itulah kata hatinya saat itu.

Tapi, semakin hari rasa rindu semakin menjamur dalam hati dan pikiran mila. Dia selalu menyempatkan diri untuk online dan berharap-harap cemas sambil berdo'a semoga si teman itu pun online. Betapa gembiranya dia karena hampir setiap hari dia dapat menumpahkan rindu meski hanya lewat lagu. Oh bukan. Bukan lewat lagu tapi lewat seonggok monitor bisu. 

Hingga suatu hari, setelah tujuh bulan tetap seperti itu. Hanya bertukar kabar dan cerita melalui dunia maya. Raut wajah gadis ceria ini berubah masam. Air mukanya menunjukkan kesedihan mendalam meskipun tak terucapkan. tanpa terasa, bulir-bulir bening dan hangat pun bergulir di kedua belah pipinya. Ya, dia menangis. Bagaimanana tidak, ternyata yang diam-diam kini menjadi pujaan hatinya akan pergi. Teman itu, yang nyebelin sekaligus ngangenin, akan pergi ke negeri seberang untuk melanjutkan studinya. Dia pun hanya bisa mengucapkan selamat serta memberikan dukungan bertabur do'a meski hatinya terasa pedih.

Yah apa boleh buat. Meskipun pengakuanku mampu menahan mu untuk tidak pergi, aku tidak akan melakukannya. Aku tidak ingin menjadi resistor dalam hidup mu. Biarlah tetap seperti ini hingga takdir mempertemukan kita kembali. Dan kalu boleh aku memohon, aku ingin pesan rasa manis aja ya Allah, yang ga perlu pake tangis, boleh?