Tanggalkan Putih Abu-abu (cerbung-bagian1)

Iiiih woooooow...
Tak terasa saya sudah dengan sukses menyelesaikan program wajib belajar 12 tahun dari keluarga saya. Horeeeee,,,akhirnya lepas juga seragam putih abu-abu itu dari badan saya. Saya lulus dengan hasil bagus (menurut saya). Tak lupa juga mengucap syukur alhamdulillah. Pastinya saya gembira, ortu senang, keluarga besar riang, tetangga berdendang karena keberhasilan saya. Eh tapi kenapa juga yah tetangga yang berdendang. Owh mungkin karena baru saja beli dandang. Sudahlah, kembali ke topik kelulusan saya.

Kalau Sherina nyanyi dengan lirik betapa bahagianya, punya banyak teman betapa senangnya...kalau saya sih betapa bingung jadinya, harus bagaimana setelah ini? Bukan berarti saya tidak senang lulus. Saya bahkan berniat mengikuti kelas akselerasi waktu itu, tapi sayangnya sekolah saya yang unggulan itu belum mengadakan program akselerasi. Alhasil saya harus mengikuti berbagai peraturan memuakkan selama 3 tahun. Owh tiiiiidak (gaya teletubbies).

Oke, lanjut. Saya dilanda bimbang karena si bingung terus-menerus menghantui saya. Si hantu bingung bilang, mau kemane lu abis dari es em a? mau kuliah? mang punya duit ape? mau kerja? kayak lu punya keahlian aje! (Duh itu setan bingung lama di Jakarta jadi ke-betawi-betawian deh. Ahah) Nah, itu dia masalah saya.

Saya pun berdiskusi dengan kedua orangtua. Berbagai pendapat beradu bakat. Akhirnya keputusan tetap ada di tangan saya. Makin pusing. Saya putuskan untuk bekerja lebih dulu baru kemudian melanjutkan ke bangku kuliah.

Semua teman, di seluruh penjuru nusantara sibuk mendaftarkan diri mereka untuk mengikuti berbagai ujian masuk perguruan tinggi semsntara saya berleha-leha di rumah (asiiik kan,hihihi). Tidak seperti ayah saya yang menyerahkan segala urusan saya kepada saya sebagai si empunya urusan (halah ribet lagi), ibu saya berusaha membujuk saya untuk mau jadi mahasiswa tanpa menunda. Pokoknya harus tahun ini. Begitu kira-kira kata yang cocok menggambarkan sikap ibu saya.

Beliau pun memaksa saya untuk ikut ujian program beasiswa universitas swasta di Jakarta. Untuk tidak mengecewakan beliau, saya pun ikut dengan hati setengah takut nggak bakal nyangkut. Tapi ternyata, Tuhan membuka jalan Nya untuk saya. Saya diterima sebagai mahasiswa program S1 Akuntansi penerima beasiswa di universitas itu.

Sekali lagi, saya lulus. LULUS, teman. Dan dengan ini saya nyatakan bahwa saya tanggalkan si putih abu-abu. Sah??? Saaaaaaahhh. Aminyarabbal'alamin. ^_^ :D

Post a Comment